
oleh:
Lilian Safitri, S.P., M.P
Widyaiswara Ahli Muda Balai Pelatihan Pertanian Jambi
Tingginya curah hujan di Indonesia menyebabkan beberapa wilayah mengalami kejadian banjir, erosi, dan longsor pada saat musim hujan. Pada daerah pemukiman yang tanahnya lebih banyak tertutup menyebabkan kesempatan air masuk ke dalam tanah menjadi berkurang dan dapat berakibat banjir. Pada lahan pertanian yang miring, curah hujan lebih banyak mengalir di atas permukaan sebagai run off sehingga menyebabkan kurangnya air untuk tanaman dan erosi.
Lubang Cerdas Organik merupakan salah satu solusi dalam mengatasi banjir terutama di wilayah pemukiman selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber kompos skala rumah tangga. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Kamir A. Brata (Dosen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor) pada tahun 2015 dengan tujuan untuk mengendalikan terjadinya banjir dengan memasukkan air ke dalam tanah serta pengendalian sampah organik di wilayah pemukiman yang padat.
Pada lahan pertanian, lubang cerdas organik atau lubang biopori kurang tepat digunakan karena meresapkan air kedalaman tanah hingga lebih dari 100 cm meninggalkan daerah perakaran tanaman sehingga tanaman dapat kekurangan air. Namun ide ini dapat diterapkan dengan pembuatan rorak, yaitu saluran buntu pada lahan berlereng sedalam 40 – 60 cm dengan panjang dan lebar sesuai kebutuhan.
Lubang Cerdas Organik atau Lubang Resapan Biopori adalah lubang-lubang yang dibuat pada tanah dimana pada lubang tersebut terdapat aktivitas organisme seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan mikrofauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Lubang cerdas organik merupakan lubang biopori yang sebagai suatu alternatif strategis penanganan sampah organik, yang didasari oleh hasil analisa bahwa komposisi sampah masyarakat 45-60% berupa sampah organik. Lubang biopori tersebut disamping bermanfaat sebagai ruang resapan air, sekaligus juga sebagai tempat menampung sampah organik menjadi kompos. Dibuat dengan kedalaman 80-100 cm, dan diameter 10 cm.
Tujuan dan manfaat pembuatan lubang cerdas organik (LCO) adalah (1) Mengurangi resiko banjir pada musim hujan, (2) Mengurangi genangan yang dapat menimbulkan penyakit pada musim hujan, (3) Memanfaatkan fauna yang ada di dalam tanah) dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (dalam bentuk kompos), dan (4) Mencegah terjadinya run off yang mengakibatkan terjadinya longsor ataupun erosi (dalam pembuatan rorak).
Syarat Pembuatan LCO
Lubang cerdas organik (lubang resapan biopori) merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan memanfaatkan peran aktivitas guna tanah dan akar tanaman dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. Untuk setiap 7 m2 lahan pemukiman yang tertutup oleh bangunan, conblock atau semen dapat dibuat 1 lubang cerdas organik dengan kedalaman 100 cm.
Pada lahan dengan luas 100 m2 maka jumlah lubang cerdas organik yang dibutuhkan sebanyak 14 LCO. Dengan ukuran paralon 4 inci dan panjang 100 cm maka jumlah air yang tertampung hanya 109.900 cm3. Setiap kedalamaan 100 cm maka dapat menampung 7,8 liter sampah oganik yang dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 2-3 bulan.
Cara Pembuatan LCO
a. Pelaksanaan
- Siapkan alat seperti paralon dengan panjang 100 cm dan diameter 4 inci yang diberi penutup dan dilubangi
- Siapkan alat untuk melubangi tanah seperti bor tanah dengan kedalaman 100 cm, untuk memudahkan pembuatan lubang bisa dibantu diberi air agar tanah lebih gembur. Alat bor dimasukkan dan setelah penuh tanah (kurang lebih 10 cm kedalaman tanah) diangkat, untuk dikeluarkan tanahnya, lalu kembali lagi memperdalam lubang tersebut sampai sebelum muka air tanah (30 cm sampai dengan 100 cm)
- Letakkan paralon dilubang
- Tutup bagian atas paralon yang telah dilubangi
- Masukkan sampah organik (sisa dapur, sampah kebun/taman) dan jangan dipadatkan namun dapat diisi penuh
b. Pemeliharaan
- Lubang Cerdas Organik harus selalu terisi sampah organik
Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu, sementara sampah kebun setelah dua bulan (bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah).
Daftar Referensi
- Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.
- Jayadinata, J.T. 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah. ITB Bandung. Bandung.
- Mindari, W., Widjajani, B. W., dan Priyadarsini, R. 2018. Kesuburan Tanah dan Pupuk. Gosyen Publishing. Yogyakarta.
- Munir, M. 2003. Geologi Lingkungan. Bayu Media Publishing, Malang-Jawa timur.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 70/Menhut-II/2008 Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan Dan Lahan.
- Tarigan, R. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
- Wardhana, W. A., 2010. Dampak Pemanasan Global. CV. Andi Offset. Yogyakarta.